Kopi Cibulao
Kopi adalah bahasa pergaulan di masyarakat Indonesia. Banyak cara untuk menikmati secangkir kopi. Mulai dari seorang diri sampai beramai-ramai. Bahkan dari hasil menyeruput kopi biasanya muncul inspirasi dan pemikiran yang sanggup menggugah dunia.
Di kalangan penikmat kopi nusantara, kopi yang dihasilkan dari tanah Puncak sudah tak asing lagi, yakni dari Desa Tugu Utara, tepatnya Kampung Cibulao. Bahkan, kopinya pernah menjadi pemenang yaitu Kopi Cibulao.
Menjadi sentra kopi di Bogor merupakan cita-cita Kelompok Tani Berbasis Masyarakat (KTBM) di Kampung Cibulao Desa Tugu Utara Kabupaten Bogor. Kopi yang ditanam para petani di wilayah itu sangat bersaing dengan kopi dari daerah lainnya. Kopi Cibulao pernah dipesan oleh pecinta kopi dari Jerman dan Jepang , dalam kontes kopi nasional mengalahkan pesaing lainnya.
Kopi dari Kampung Cibulao punya cita rasa lain, lebih terkesan dan kuat dengan rasa asli Jawa Barat-nya, ada cara baru bagi penikmat kopi Cibulao yakni dengan menyeduh kopi tanpa gula. Ketika diminum dan seperti dikumur lalu ditelan, maka akan menghasilkan sensasi menempel pada rongga mulut dan terasa setelah ngopi.
Kopi Cibulao yang terdiri dari dua varian rasa yaitu Robussta dan Arabica, Kedalaman citarasa yang legit sebagai manifestasi dari ciri manis dan gurih yang harmonis ternyata bisa dilahirkan dari pertanian keluarga ini. Penanda sebagai arabika yang anggun nampak ketika aroma keringnya cukup semerbak mirip dengan aroma gula bakar dan ketumbar yang manis dan gurih. Kombinasi keduanya masih menempel bersamaan dengan rasa pahit yang menyegarkan seperti citarasa teh hitam dengan elemen pelengkap ubi cilembu yang dibakar dan meninggalkan sensasi kesan yang lekat. Lekatnya kesan sensorik ini mempertegas bahwa arabika Cibulao adalah sebuah himpunan narasi citarasa yang berhulu secara ekologis dari Sungai Ciliwung.